- Sulteng Bidik Tuan Rumah PON 2032, KONI Bentuk Tim Kerja Khusus
- Sulawesi Tengah Catat Kenaikan UMP 2026 Paling Tinggi di Indonesia
- KONI Sulteng dan KONI Morowali Pastikan Kesiapan Porprov 2026, Bakal Digelar dengan 27 Cabor
- PMII Sulteng Serukan Tanda Bahaya Alam dan Kerusakan Kian Meningkat
- 241 Warga Binaan di Sulteng Terima Remisi Natal, Satu Orang Langsung Bebas
- Natal 2025, Wali Kota Palu Tinjau Sejumlah Gereja dan Imbau Warga Jaga Ketertiban Jelang Tahun Baru
- Aksi Tolak Survei Seismik di Touna Ricuh, GMNI Soroti Sikap Pemda
- Kapolri Tak Izinkan Warga Nyalakan Kembang Api di Malam Tahun Baru, Diimbau Ganti Jadi Doa Bersama
- Sulteng Jadi Satu-satunya Provinsi di Sulawesi yang Alami Penurunan Kasus Tawuran
- BEMNUS Sulteng Tuntut Sanksi Tegas untuk Perusahaan Tambang di Banggai, Diduga Rusak Lingkungan
PKM BEM Berdampak Unisa Palu Latih Warga Sigi Olah Bubuk Daun Kelor untuk Cegah Stunting

Keterangan Gambar : PKM bertajuk BEM Berdampak Unisa Palu melatih warga Desa Walatana, Kecamatan Dolo Selatan, mengolah daun kelor di Posyandu Desa Walatana, Selasa (4/11). (Foto: Syahrul/Likeindonesia.com)
Likeindonesia.com, Sigi – Angka stunting di Kabupaten Sigi masih tergolong tinggi.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Sigi, prevalensi stunting di daerah itu mencapai 32,9 persen, jauh di atas target nasional sebesar 14 persen.
Baca Lainnya :
- BYD Haka Auto Resmi Hadir di Palu, Tawarkan Pilihan Kendaraan Listrik Ramah Lingkungan
- Angka Cerai di Palu Tembus 967 Kasus pada 2024, Warga Mantikulore Paling Banyak Berpisah
- 1.103 Tenaga Honorer Sulteng Resmi Terima SK PPPK Tahap II dari Gubernur
- Menag Tinjau Progres Revitalisasi Masjid Raya Palu Pascabencana
- Brimob Polda Sulteng Gelar Hipnoterapi Massal untuk Pulihkan Psikis Warga Pesisir Palu
Kondisi ini menjadi perhatian serius, terutama di wilayah pedesaan dengan akses gizi yang terbatas.
Di tengah tantangan tersebut, sekelompok mahasiswa dari Universitas Alkhairaat (Unisa) Palu berupaya menghadirkan solusi berbasis kearifan lokal.
Melalui program Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) bertajuk BEM Berdampak, mereka melatih warga Desa Walatana, Kecamatan Dolo Selatan, mengolah daun kelor menjadi bubuk bernilai gizi tinggi.
Pelatihan yang digelar di Posyandu Desa Walatana, Selasa (4/11), melibatkan warga dan kader posyandu setempat.
Dalam kegiatan itu, masyarakat mendapat pendampingan mulai dari tahap pemilahan daun kelor segar, pencucian, blanching, pengeringan, penggilingan dengan mesin khusus, hingga pengemasan.
Ketua Tim PKM BEM Berdampak Unisa Palu, Jumardin, mengatakan pelatihan tersebut menjadi bagian dari program pemberdayaan masyarakat yang didukung Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek).
“Program ini dinamakan pemberdayaan masyarakat BEM Berdampak yang beranggotakan 20 mahasiswa dari berbagai fakultas di Unisa Palu, mulai dari pertanian, kedokteran, ekonomi, agama, hingga perikanan,” jelasnya.
Menurut Jumardin, kegiatan tersebut tidak hanya fokus pada aspek gizi, tetapi juga memiliki dampak ekonomi bagi masyarakat desa.
“Dalam kegiatan ini masyarakat dilatih dalam pembuatan bubuk kelor. Nah, akhir dari kegiatan ini, disamping mencegah stunting, juga akan meningkatkan perekonomian atau kesejahteraan masyarakat yang ada di Desa Walatana,” katanya.
Ia menambahkan, program PKM itu berlangsung selama enam bulan.
Sejak September lalu, tim telah melakukan sosialisasi dan pengujian materi, sebelum kemudian berlanjut pada pelatihan praktik secara langsung.
“Kelor ini sekarang menjadi salah satu tanaman yang menarik karena sangat mudah tumbuh di Desa Walatana dan juga merupakan tanaman yang belum terkontaminasi dengan pestisida,” tambahnya.
Langkah para mahasiswa ini disambut positif Dinas Kesehatan Kabupaten Sigi. Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat, dr. Adheleide K. Borman, mengapresiasi inisiatif tersebut yang dinilainya sejalan dengan upaya pemerintah daerah dalam menurunkan angka stunting.
“Kami dari Dinas Kesehatan Kabupaten Sigi mengucapkan terima kasih kepada pihak Unisa yang telah memberikan program pelatihan pembuatan bubuk kelor untuk pencegahan stunting di Desa Walatana,” ujarnya.
Ia menyebut, dengan angka prevalensi stunting di Sigi yang masih 32,9 persen, kegiatan seperti ini menjadi bentuk dukungan nyata terhadap percepatan penurunan stunting di daerah.
“Semoga pelatihan ini bermanfaat bagi masyarakat, khususnya untuk percepatan penurunan stunting di Desa Walatana. Harapannya juga bisa membantu perekonomian masyarakat di desa,” kata dr. Adheleide.
Upaya pemanfaatan daun kelor sebagai sumber gizi tambahan ini diharapkan menjadi inspirasi bagi desa lain di Kabupaten Sigi.
Selain bernilai gizi tinggi, daun kelor yang tumbuh melimpah di wilayah tersebut kini diolah menjadi solusi sederhana namun efektif dalam melawan stunting dari akar rumput. (Rul/Nl)





.jpg)




.jpg)