- TVRI Resmi Kantongi Hak Siar Piala Dunia 2026: Dari Fase Grup hingga Final, Seluruh Laga Tayang Grat
- Kapolres Donggala Tekankan Pendekatan Persuasif dalam Konflik Agraria Riopakava
- Komdigi Wacanakan Aturan Baru: Beli Hp Bekas Bakal Mirip Motor, Harus Balik Nama
- Polda Sulteng Perpanjang Operasi Madago Raya Tahap IV, 256 Personel Diterjunkan
- SK Resmi Diserahkan, Nilam Sari Lawira Kembali Jadi Nahkoda DPW NasDem Sulteng
- 2 Oktober Diperingati Hari Batik Nasional, Saatnya Bangga dengan Motif Nusantara
- Batas 60 Hari Habis, 15 IUP Tambang di Sulteng Bisa Dicabut
- Warga Geger Temuan Mayat di Bantaran Sungai Palu
- Pemerintah Pastikan Harga Tiket Pesawat, Kereta, dan Kapal Lebih Murah Saat Libur Nataru
- Tambang Ilegal Jadi Sorotan Wabup Parigi Moutong di Tengah Merebaknya Kasus Malaria
Rembuk Pemuda Sulteng Tanam 70.000 Mangrove, Fathur Razaq: Ini Sedekah Kita Untuk Alam

Keterangan Gambar : Rembuk Pemuda Sulawesi Tengah (Sulteng) menggagas aksi kolaboratif penanaman 70.000 pohon mangrove yang membentang sepanjang pesisir Pantai Palu, Sabtu (26/7/2025). (Foto: IST)
Likeindonesia.com, PALU – Dalam momentum Hari Mangrove Internasional, Rembuk Pemuda Sulawesi Tengah (Sulteng) menggagas aksi kolaboratif penanaman 70.000 pohon mangrove yang membentang sepanjang pesisir Pantai Palu, Sabtu (26/7/2025).
Aksi ini menjadi bagian dari ikhtiar pemuda untuk menyelamatkan ekosistem Teluk Palu, memulihkan garis pantai, serta meneguhkan kepedulian generasi muda terhadap krisis iklim.
Baca Lainnya :
- UIN Datokarama Palu Wisuda 337 Lulusan dari Program Sarjana hingga Doktor
- DLH Palu Peringatkan Warga Tak Bakar Sampah, Ancaman Denda Capai Rp1 Juta
- Residivis Curanmor Kembali Dibekuk, Ngaku Sudah Beraksi di 43 TKP
- 11 Anak Binaan Terima Pengurangan Masa Pembinaan, Satu Langsung Bebas di Hari Anak Nasional
- BNN RI: 312 Ribu Remaja Indonesia Terindikasi Gunakan Narkoba
Kegiatan ini tidak hanya diwarnai kolaborasi dengan komunitas Mangrover, tetapi juga melibatkan siswa, mahasiswa, dan organisasi pemuda dari berbagai kampus dan sekolah.
Aksi ini turut diresmikan melalui penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) antara Rembuk Pemuda dan Mangrovers, sebagai bentuk penguatan gerakan rehabilitasi mangrove secara berkelanjutan.
Yang menarik, kegiatan ini lahir dari komitmen pribadi Ketua Rembuk Pemuda Sulteng, Fathur Razaq, yang memaknai penanaman mangrove sebagai “sedekah alam”.
“Kami tanam mangrove bukan untuk seremonial, tapi sebagai bentuk syukur dan sedekah kami kepada alam. Kami percaya, menjaga alam adalah bagian dari ibadah sosial,” ujar Fathur dalam sambutannya.
Fathur menegaskan, anak muda harus berani bermimpi besar dan bertindak nyata. Ia mengajak semua pihak, termasuk industri, untuk ikut bertanggung jawab atas keberlangsungan lingkungan. Ia bahkan menyentil minimnya kontribusi korporasi dalam reboisasi.
“Kami anak muda saja bisa menanam 70 ribu pohon. Sementara perusahaan-perusahaan besar di sulteng belum ada yang menanam sebanyak ini. Harusnya ada regulasi yang mewajibkan tambang atau industri menyumbang bibit setiap tahun. Kami di Rembuk Pemuda bercita-cita tanam satu juta pohon setiap tahun, baik di darat maupun di laut,” tegasnya.
Fathur juga mengungkapkan cita-citanya menjadikan pesisir Palu yang hijau dan lestari sebagai destinasi wisata kelas dunia.
“Kalau seluruh garis pantai Palu ini ditanami mangrove, saya yakin suatu hari akan menjadi seperti Miami. Tempat wisata bahari, ekonomi pesisir tumbuh, dan masyarakat hidup berdampingan dengan alam,” ucapnya.
Ketua Mangrovers, Ismail, turut menyampaikan apresiasi atas kolaborasi ini. Ia menyebut kegiatan ini sebagai titik balik perjuangan komunitasnya yang selama ini berjalan sendiri dalam menanam sejak pasca-tsunami 2019.
“Hari ini kami tidak sendiri. MoU ini jadi bukti kolaborasi nyata. Mangrove terbukti bisa meredam ombak, menyerap karbon 10 kali lebih besar daripada pohon di hutan, dan sekarang sudah memberi manfaat ekonomi, misalnya munculnya kerang di area tanam,” jelas Ismail.
Kepala Dinas Lingkungan Hidup Sulteng, Simpra Tajang, menyebut gerakan ini sebagai inovasi generasi muda dalam menjaga garis pantai dan mendukung program Berani Makmur dan Berani Tangkap Banyak yang digaungkan Pemerintah Provinsi.
“Mangrove bukan hanya pelindung alami dari abrasi dan tsunami, tapi juga bisa menjadi bagian dari ekonomi hijau. Bahkan bisa masuk skema carbon credit jika regulasi kita mendukung,” ujarnya.
Kegiatan ini juga diramaikan oleh partisipasi dari HMI Cabang Palu, UKOM dan BPM Fakultas Hukum, OSIS SMAN 1 & SMAN 3 Palu, Teknik Unismuh, UKOF FMIPA, dan Himpunan Mahasiswa Fisika.
Penanaman mangrove dilakukan dari titik Layana hingga menyisir kawasan Citraland, sebagai bagian dari langkah nyata menuju pesisir yang hijau, kuat, dan lestari.
“Semoga ini bukan akhir, tapi justru awal dari gerakan restorasi mangrove yang masif dan berkelanjutan. Kalau kita jaga alam, alam pasti akan menyediakan apa yang kita butuhkan,” tutup Fathur. **
