- TVRI Resmi Kantongi Hak Siar Piala Dunia 2026: Dari Fase Grup hingga Final, Seluruh Laga Tayang Grat
- Kapolres Donggala Tekankan Pendekatan Persuasif dalam Konflik Agraria Riopakava
- Komdigi Wacanakan Aturan Baru: Beli Hp Bekas Bakal Mirip Motor, Harus Balik Nama
- Polda Sulteng Perpanjang Operasi Madago Raya Tahap IV, 256 Personel Diterjunkan
- SK Resmi Diserahkan, Nilam Sari Lawira Kembali Jadi Nahkoda DPW NasDem Sulteng
- 2 Oktober Diperingati Hari Batik Nasional, Saatnya Bangga dengan Motif Nusantara
- Batas 60 Hari Habis, 15 IUP Tambang di Sulteng Bisa Dicabut
- Warga Geger Temuan Mayat di Bantaran Sungai Palu
- Pemerintah Pastikan Harga Tiket Pesawat, Kereta, dan Kapal Lebih Murah Saat Libur Nataru
- Tambang Ilegal Jadi Sorotan Wabup Parigi Moutong di Tengah Merebaknya Kasus Malaria
Palu Peringati 21 Tahun Penembakan Pdt. Susianti Tinulele, Serukan Pesan Damai dan Toleransi

Keterangan Gambar : Warga Kota Palu memperingati 21 tahun penembakan terhadap Pendeta Susianti Tinulele, Jumat (18/7). (Foto: Syahrul/Likeindonesia.com)
Likeindonesia.com, Palu — Warga Kota Palu memperingati 21 tahun penembakan terhadap Pendeta Susianti Tinulele dengan serangkaian kegiatan yang berlangsung khidmat, Jumat (18/7).
Acara utama digelar di depan Monumen Rekonsiliasi, Gereja Effatha Palu, dan dihadiri unsur pemerintah serta tokoh lintas agama.
Baca Lainnya :
- Harga Beras Melonjak, Bulog Sulteng Pastikan Stok Aman hingga Tahun Depan
- Pemkot Palu dan Bulog Salurkan 4,4 Ton Beras Bantuan ke Warga Kelurahan Baru
- BMA Sulteng Siapkan Pelaksanaan Sanksi Adat Terhadap Gus Fuad Pleret
- Warga Keluhkan Dugaan Nepotisme dalam Penyaluran Bantuan UMKM di Palu
- Rp5, 2 Miliar Terancam Raib, Satgas Pasti Ungkap Praktik Impersonasi OMC di Palu
Peringatan yang rutin digelar setiap tahun itu terdiri atas tabur bunga di makam almarhumah pada pagi hari dan Kebaktian Kebangunan Rohani (KKR) pada malam harinya.
KKR dipimpin langsung oleh Pdt. Yandi Madombe, S.Th.
Ketua Jemaat Gereja Effatha Palu, Pdt. Deniys Montolu, menegaskan bahwa peringatan ini lebih dari sekadar rutinitas keagamaan, tetapi menjadi ruang refleksi atas pentingnya membangun kehidupan sosial yang damai dan penuh toleransi.
"Konflik di masa lalu adalah pelajaran berharga yang menguatkan iman dalam Kristus. Melalui peringatan ini, kita terus berkomitmen membangun hubungan sosial yang rukun dan damai, serta mempersiapkan generasi gereja yang teguh dan kuat dalam kasih," ujarnya.
Tragedi yang merenggut nyawa Pdt. Susianti Tinulele pada 2004 silam kini menjadi simbol perjuangan dalam pelayanan dan keberanian menghadapi situasi konflik.
Peringatan tahun ini kembali menegaskan pentingnya menjaga nilai-nilai damai, toleransi, dan persatuan di tengah masyarakat yang majemuk. (Rul)
