- TVRI Resmi Kantongi Hak Siar Piala Dunia 2026: Dari Fase Grup hingga Final, Seluruh Laga Tayang Grat
- Kapolres Donggala Tekankan Pendekatan Persuasif dalam Konflik Agraria Riopakava
- Komdigi Wacanakan Aturan Baru: Beli Hp Bekas Bakal Mirip Motor, Harus Balik Nama
- Polda Sulteng Perpanjang Operasi Madago Raya Tahap IV, 256 Personel Diterjunkan
- SK Resmi Diserahkan, Nilam Sari Lawira Kembali Jadi Nahkoda DPW NasDem Sulteng
- 2 Oktober Diperingati Hari Batik Nasional, Saatnya Bangga dengan Motif Nusantara
- Batas 60 Hari Habis, 15 IUP Tambang di Sulteng Bisa Dicabut
- Warga Geger Temuan Mayat di Bantaran Sungai Palu
- Pemerintah Pastikan Harga Tiket Pesawat, Kereta, dan Kapal Lebih Murah Saat Libur Nataru
- Tambang Ilegal Jadi Sorotan Wabup Parigi Moutong di Tengah Merebaknya Kasus Malaria
Festival Film Tengah: Merayakan Identitas Sinema dari Ruang Ambang

Keterangan Gambar : Pemutaran salah satu film di Festival Film Tengah (FFT) di Museum Sulawesi Tengah, Jl Kemiri, Kota Palu. (Foto: Syahrul/Likeindonesia.com)
Likeindonesia.com, Palu – Kota Palu menjadi panggung bagi geliat sinema alternatif lewat gelaran Festival Film Tengah (FFT) yang berlangsung sejak 6 hingga 10 Agustus 2025 di Museum Sulawesi Tengah, Jl Kemiri, Kota Palu.
Festival ini tak sekadar ajang pemutaran film, melainkan juga ruang kolektif untuk membaca, berdiskusi, dan merayakan potensi sinema lokal di tengah keterbatasan sumber daya.
Baca Lainnya :
- Pelaku Bom Ikan Ditangkap Usai Kejar-kejaran di Laut Talatako Touna, Tiga Lainnya Kabur
- Mulai 2026, Haji Tak Lagi Ditangani Kemenag: Ini Penjelasan Resminya
- Fluktuasi Harga Tomat, dari Rp35 Ribu Kini Turun Jadi Rp7 Ribu Per Kilogram
- Damkar Palu Selamatkan Remaja yang Terjepit Saat Coba Ambil Uang di Tanggul Talise
- Lima Tempat Usaha di Palu Disegel karena Tunggakan Pajak Daerah
Dengan format yang lebih cair dan lintas disiplin, FFT hadir sebagai festival film pertama di Sulawesi Tengah yang membuka ruang diskusi serta apresiasi terhadap karya-karya sineas, utamanya dari daerah.
Lebih dari 190 film dari berbagai kota di Indonesia dan tujuh negara berpartisipasi, namun dominasi tetap datang dari para pembuat film lokal.
“Festival Film Tengah sebenarnya merupakan respons terhadap perkembangan ekosistem pekerja film di Sulawesi Tengah,” ujar Ifdhal Permana, Direktur Produksi Festival Film Tengah.
“Meski secara kuantitas belum signifikan, kami melihat ada potensi. Festival ini kami rancang sebagai ruang belajar bersama.”
Ifdhal menegaskan, FFT bukan sekadar perayaan visual, tetapi juga lahir dari kegelisahan akan minimnya ruang apresiasi dan koneksi antarsineas di wilayah ini.
Ia menyebut FFT mengangkat konsep "ruang liminal", yakni identitas dalam transisi yang mencerminkan dinamika daerah seperti Palu.
“Film-film yang dibuat teman-teman di Sulawesi Tengah bukan film komersial seperti yang lahir di bioskop.
Tapi film yang lahir dari kegelisahan,” jelasnya.
Berbeda dengan festival arus utama yang cenderung berfokus pada kompetisi, FFT mengedepankan atmosfer kolaboratif.
Meski terdapat program Awarding Night, pendekatannya tetap pada apresiasi dan dialog, bukan sekadar penilaian teknis.
Festival ini juga disambut antusias oleh pelaku film nasional.
Salah satunya, Rain Cuaca, pegiat film asal Jakarta, yang turut hadir dan menilai FFT sebagai “ledakan” awal sinema alternatif di Palu.
“Saya merasa cukup senang. Teman-teman di Palu ternyata memiliki literasi film yang cukup tinggi, dan apresiasi penonton terhadap film-film yang ditampilkan juga sangat baik,” ujar Rain.
“Festival ini adalah hasil karya komunitas—dibuat oleh komunitas, dan untuk komunitas juga.”
Menurut Rain, ekosistem perfilman di Palu masih berada dalam ruang terbatas.
Namun justru karena itu, ruang eksperimentasi terbuka lebar.
“Beberapa karya yang sifatnya eksperimental cukup banyak muncul. Justru karena ruangnya masih bebas dan cair, saya melihat teman-teman di sini lebih berani dalam berkarya.”
FFT 2025 bukan hanya selebrasi sinema lokal, melainkan juga harapan akan masa depan industri film yang lebih merata secara geografis.
Bagi para penggeraknya, festival ini adalah awal dari sesuatu yang lebih besar. (Rul)
