- Sulteng Bidik Tuan Rumah PON 2032, KONI Bentuk Tim Kerja Khusus
- Sulawesi Tengah Catat Kenaikan UMP 2026 Paling Tinggi di Indonesia
- KONI Sulteng dan KONI Morowali Pastikan Kesiapan Porprov 2026, Bakal Digelar dengan 27 Cabor
- PMII Sulteng Serukan Tanda Bahaya Alam dan Kerusakan Kian Meningkat
- 241 Warga Binaan di Sulteng Terima Remisi Natal, Satu Orang Langsung Bebas
- Natal 2025, Wali Kota Palu Tinjau Sejumlah Gereja dan Imbau Warga Jaga Ketertiban Jelang Tahun Baru
- Aksi Tolak Survei Seismik di Touna Ricuh, GMNI Soroti Sikap Pemda
- Kapolri Tak Izinkan Warga Nyalakan Kembang Api di Malam Tahun Baru, Diimbau Ganti Jadi Doa Bersama
- Sulteng Jadi Satu-satunya Provinsi di Sulawesi yang Alami Penurunan Kasus Tawuran
- BEMNUS Sulteng Tuntut Sanksi Tegas untuk Perusahaan Tambang di Banggai, Diduga Rusak Lingkungan
Produksi Garam di Talise Terhenti Imbas Musim Hujan, Petani Mengeluh Tak Ada Hasil

Keterangan Gambar : Kawasan penggaraman di Kelurahan Talise, Kota Palu. (Foto: Syahrul/Likeindonesia.com)
Likeindonesia.com, Palu – Musim hujan yang terus berlangsung dalam beberapa bulan terakhir membuat petani garam di Kelurahan Talise, Kota Palu, terpaksa menghentikan aktivitas produksi.
Kawasan penggaraman yang biasanya ramai kini terlihat sepi, hanya segelintir petani yang datang untuk sekadar membersihkan tambak.
Baca Lainnya :
- Geliat Penjualan Hiasan Telur Maulid Mulai Ramai di Palu
- JUWITA Bekali Jurnalis Perempuan Sulteng Strategi Keamanan Digital dan Lawan KBGO
- Petani Petobo Genjot Produksi Bawang Goreng, Dorong Swasembada Pangan Lokal
- Harga Beras di Pasar Masomba Masih Bervariasi, Wakil Wali Kota Palu Lakukan Sidak
- Datang untuk Membesuk, Seorang Wanita Justru Diciduk Bawa Sabu di Mapolresta Palu
Anton, salah seorang petani garam, mengaku produksi garam benar-benar bergantung pada panas matahari. Tanpa cuaca cerah, proses penguapan air laut di tambak tidak bisa berlangsung optimal.
“Kalau untuk sekarang musim hujan ya belum ada panenan. Sudah hampir ada satu minggu, artinya tidak ada ambil hasil. Kalau panas bagus, tiga hari bisa panen, tapi harus full mataharinya. Kalau ada mendung susah,” kata Anton saat ditemui di kawasan tambak, Senin (25/8/2025).
Ia menyebut, dalam kondisi normal saat musim panas, satu petak tambak bisa menghasilkan empat hingga lima karung garam.
Namun, saat musim hujan tiba, petani lebih banyak memilih berhenti berproduksi.
Kondisi serupa dialami Hasan, petani lainnya.
Ia mengaku sudah berbulan-bulan tidak mendapatkan penghasilan karena tambaknya terendam air hujan.
“Memang tidak ada penghasilan kalau ini. Sudah lima bulan ini betul-betul tidak ada penghasilan. Hujan terus, tidak ada matahari panas, jadi kita hanya bersih-bersih tambak dulu. Nanti kalau panas baru bisa masuk air laut,” ungkapnya.
Selain terkendala cuaca, petani juga berharap adanya perhatian pemerintah terkait infrastruktur tambak yang rusak.
Hasan menuturkan, kerusakan saluran air membuat air laut sering meluap ke area tambak sehingga memperparah kegagalan panen.
“Banyak yang harus diperbaiki ini, perlu papan, pipa paralon, dan saluran besar. Kalau tidak ada penghalang, air laut masuk semua ke tambak, jadi tidak bisa jadi garam,” ujarnya.
Hingga kini, para petani di Talise masih menunggu datangnya musim panas agar bisa kembali menggarap tambak.
Mereka berharap selain dukungan cuaca, ada pula perbaikan saluran irigasi agar produksi garam bisa lebih stabil ke depannya. (RUL)





.jpg)




.jpg)