Menguak Daya Tarik Donggala: Festival Temu Lempeng Angkat Potensi di Garis Khatulistiwa

By Inul Irfani 28 Jul 2025, 12:47:36 WIB Daerah
Menguak Daya Tarik Donggala: Festival Temu Lempeng Angkat Potensi di Garis Khatulistiwa

Keterangan Gambar : Festival Temu Lempeng digelar di Desa Siweli, Kecamatan Balaesang, pada 25-26 Juli 2025. (Foto: Bimaz/Likeindonesia.com)


Likeindonesia.com, DONGGALA – Sesi dialog dalam Festival Temu Lempeng yang untuk pertama kalinya digelar di Desa Siweli, Kecamatan Balaesang, Jumat (25/7/2025), menjadi ajang lahirnya gagasan pengembangan destinasi wisata berbasis potensi alam dan penguatan identitas budaya.


Desa Siweli memiliki keunikan geografis yang langka. Lokasi ini menjadi titik temu tiga lempeng besar dunia—Indo-Australia, Eurasia, dan Pasifik, serta dilalui oleh garis Khatulistiwa (equator) dan garis Wallacea. Keunggulan ini menjadikan Siweli bukan hanya kaya nilai ilmiah, tetapi juga berpotensi menjadi destinasi wisata bertaraf internasional.

Baca Lainnya :


Sekretaris Daerah Kabupaten Donggala, Rustam Efendi, menekankan pentingnya strategi pemanfaatan potensi tersebut agar memberi nilai tambah bagi daerah.


"Banyak negara menjadikan fenomena ini sebagai objek wisata. Kita juga bisa menjadikannya ikon Donggala, asalkan didukung publikasi dan pengembangan yang serius," ujarnya.


Pandangan senada disampaikan Kepala Dinas Pariwisata Donggala, Muhammad, yang menilai titik nol khatulistiwa di Siweli harus menjadi pemicu pengembangan ekosistem pariwisata terpadu.


"Ini bukan hanya untuk Donggala, tapi bisa mendunia. Titik ini akan menjadi pemicu berkembangnya pariwisata yang berdaya saing," katanya.


Ketua DPRD sekaligus Ketua Dewan Kesenian Donggala, Moh. Taufik, menekankan pentingnya pariwisata dibarengi pelestarian tradisi dan kearifan lokal agar menjadi identitas yang kuat. Ia mencontohkan bagaimana kota-kota budaya seperti Yogyakarta dan Bali mampu menarik wisatawan karena konsistensi mereka menjalankan tradisi.


"Kita bisa meniru konsep itu. Misalnya setiap panen raya atau pasar murah, kita tampilkan Tari Pamonte sebagai pesta syukur panen. Maknanya memang begitu. Jika ini dilakukan rutin, orang akan datang untuk menyaksikan budaya kita. Jogja tetap punya gamelan, Bali punya Ngaben. Kita pun bisa punya ciri khas yang membedakan Donggala," jelasnya.


Lebih lanjut, bahwa dengan kekayaan budaya yang dipadukan dengan potensi alam seperti titik temu tiga lempeng dunia dan titik nol Nusantara di Siweli, Donggala punya peluang besar menjadi destinasi unggulan.


"Perjalanan seorang pengelana atau traveler keliling Indonesia tidak lengkap jika belum singgah di titik nol Nusantara yang ada di Donggala. Siweli punya daya tarik yang tak dimiliki daerah lain. Inilah yang harus kita promosikan sebagai kebanggaan bersama," ujarnya.


Festival Temu Lempeng perdana ini berlangsung selama dua hari, 25–26 Juli 2025, dengan konsep yang memadukan edukasi, budaya, dan musik. Rangkaian kegiatan mencakup seminar nasional, telekonferensi mitigasi bencana, dialog publik, hingga pertunjukan seni tradisi. Dengan kekayaan potensi alam dan budaya, Siweli diharapkan menjadi wajah baru pariwisata Donggala di tingkat nasional bahkan internasional.(Bim)




Write a Facebook Comment

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

View all comments

Write a comment

Temukan juga kami di

Ikuti kami di facebook, twitter, Instagram, Youtube dan dapatkan informasi terbaru dari kami disana.