- Pemadaman Bergilir di Palu, PLN Sebut Sistem Proteksi Aktif Akibat Sambaran Petir
- Lanal Palu Dorong Peningkatan Hasil Tangkap Nelayan Talise Lewat Bantuan Rumah Rumpon
- Bangunan di Belakang Polsek Palu Barat Terbakar, Diduga Akibat Korsleting Listrik
- Indonesia Bakal Punya Kampung Haji Pertama di Mekkah, Arab Saudi Izinkan Tanah untuk Negara Asing
- SDN Lasoani Gelar Simulasi Bencana, Latih Siswa Tanggap Gempa dan Kebakaran
- Ramai Soal Penghentian Bus Transpalu, Dishub Ungkap Alasan dan Target Pengoperasian Kembali
- Warga Binaan Lapas Palu Jalani Skrining TBC, Cegah Penularan di Lingkungan Tertutup
- Swiss-Belhotel Silae Palu Gandeng BNPB dan PMI Kota Palu untuk Tingkatkan Kesiapsiagaan Bencana
- 30 Persen Truk di Sulteng Langgar Batas Muatan, BPTD Mulai Sosialisasi Menuju Zero ODOL 2027
- Cuaca Panas Ekstrem Landa Palu, BMKG: Masih dalam Batas Normal
Masjid Raya Baitul Khairat Catat Dua Rekor MURI, Kubah dan Jam Analog Terbesar di Indonesia
.jpg)
Keterangan Gambar : Penyerahan sertifikat rekor MURI Masjid Raya Baitul Khairaat di kantor MURI Jakarta, pada Rabu (15/10/2025). (Foto: IST)
Likeindonesia.com, Jakarta - Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah mencatat sejarah baru di bidang infrastruktur keagamaan.
Pembangunan Masjid Raya Baitul Khairaat di Kota Palu resmi meraih dua rekor dari Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) atas kubah dan menara jam analog terbesar di Indonesia.
Baca Lainnya :
- Atasi Lonjakan Pasien Pagi Hari, RSUD Anutapura Luncurkan Poliklinik Sore Eksekutif
- PBSI Buol Dukung Pembinaan Lapas Leok, Pesan Piala Karya Warga Binaan
- Masalah Lahan di Beberapa Wilayah Sulteng Mulai Terurai, Ini Kata Satgas PKA
- Bukan Palu, Bangkep dan Balut Jadi Daerah Paling Gemar Membaca di Sulteng
- Ahmad Ali Tetapkan Sulteng Sebagai Tuan Rumah Pertama Rakorwil PSI
Penyerahan sertifikat rekor MURI berlangsung di kantor MURI Jakarta, pada Rabu (15/10/2025).
Masjid yang dibangun sejak 23 Oktober 2023 itu memiliki kubah berdiameter 90 meter dan menara dengan jam analog berdiameter 19,3 meter.
Direktur Operasional MURI, Yusuf Ngadri, mengungkapkan bahwa pencapaian tersebut menjadi bukti kemegahan arsitektur religius di Sulawesi Tengah.
“Masjid Raya Baitul Khairat memiliki kubah terbesar di Indonesia dan menara jam analog terbesar di Indonesia. Ini kami tetapkan berdasarkan hasil verifikasi tim MURI,” ujar Yusuf Ngadri saat menyerahkan sertifikat kepada Kepala Dinas Cipta Karya dan Sumber Daya Air (Cikasda) Sulteng, mewakili Gubernur Sulawesi Tengah.
Selain dua rekor tersebut, masjid yang akan rampung pada 15 November 2025 itu juga menyimpan berbagai makna filosofis.
Di antaranya, terdapat 99 ornamen jendela yang melambangkan 99 Asmaul Husna, menara kembar setinggi 66,66 meter yang merefleksikan 6.666 tema perintah dan larangan dalam Al-Qur’an, serta tinggi bangunan utama 30 meter yang menggambarkan 30 juz Al-Qur’an.
Penyerahan sertifikat sejatinya dijadwalkan berlangsung di aula Masjid Raya Baitul Khairat pada 20 Oktober mendatang.
Namun, karena proses serah terima bangunan baru dijadwalkan pada 15 November, maka prosesi penghargaan dilakukan lebih awal di kantor MURI Jakarta.
Kepala Dinas Cikasda Sulteng, Dr. Andi Ruly Djanggola, yang hadir mewakili Gubernur Sulawesi Tengah, menyampaikan bahwa pembangunan masjid tersebut merupakan hasil kerja lintas kepemimpinan daerah.
“Pembangunan Masjid Raya Baitul Khairat dimulai dari perencanaan pada masa Gubernur Longki Djanggola, dilanjutkan dengan peletakan batu pertama oleh Gubernur Rusdi Mastura, dan akan diteruskan pengelolaannya oleh Gubernur Anwar Hafid,” ujar Andi Ruly.
Ia menegaskan, tujuan utama pembangunan masjid bukan untuk mengejar rekor, melainkan menghadirkan rumah ibadah megah bagi masyarakat Sulawesi Tengah.
“Tidak ada rencana membangun masjid ini untuk memperoleh rekor MURI. Pembangunan dilakukan sesuai desain. Penilaian dari MURI datang karena kubah dan menara jamnya memang terbesar di Indonesia,” jelasnya.
Filosofi angka 9 yang menjadi dasar desain kubah dan menara jam juga memiliki makna mendalam.
“Angka 9 terinspirasi dari surat ke-9 dalam Al-Qur’an, yaitu At-Taubah, yang berarti pengampunan. Harapannya, Masjid Raya Baitul Khairat menjadi rumah kebaikan, tempat memohon ampunan dan keberkahan bagi masyarakat Palu dan Sulawesi Tengah,” tutupnya. (Rul/Nl)
