Fuad Plered Jalani Sidang Adat di Palu, Penuhi Tujuh Givu

By Inul Irfani 21 Jul 2025, 09:30:08 WIB Daerah
Fuad Plered Jalani Sidang Adat di Palu, Penuhi Tujuh Givu

Keterangan Gambar : Sidang adat terhadap Fuad Riadi alias Fuad Plered digelar di Banua Oge, Kota Palu, Minggu (20/7/2025) pagi. (Foto: Syahrul/Likeindonesia.com)


Likeindonesia.com, Palu – Sidang adat terhadap Fuad Riadi alias Fuad Plered digelar di Banua Oge, Kota Palu, Minggu (20/7/2025) pagi. 


Sidang ini merupakan tindak lanjut atas perkara dugaan ujaran kebencian terhadap Sayyid Idrus Bin Salim Aljufri alias Guru Tua, tokoh sentral Alkhairaat, yang dianggap mencederai nilai-nilai kearifan lokal masyarakat Kaili.

Baca Lainnya :


Majelis Dewan Adat Patanggota Ngata Palu menetapkan tujuh bentuk givu atau sanksi adat yang wajib dipenuhi oleh Fuad Plered.


Sanksi tersebut terdiri atas lima ekor sapi, lima helai kain kafan putih, lima dulang adat, lima bilah parang, lima piring putih bermotif kelor, dan uang sejumlah lebih dari dua juta rupiah. 


Denda berupa kerbau diganti dengan sapi atas permintaan langsung dari Fuad.


“Prosesi hari ini adalah pelaksanaan putusan terhadap Fuad Plered. Beliau telah menunaikannya. Kami menerima dengan ikhlas dan sangat berterima kasih kepada keluarga besar PB Alkhairaat yang telah memaafkan tindakan-tindakannya. Ini bentuk penghormatan terhadap hukum adat To Kaili,” kata Ketua Dewan Majelis Adat, Arena JR Parampasi, saat menyampaikan keterangan usai prosesi.


Menurut Arena, penyelesaian ini menjadi simbol pemulihan harmoni sosial serta penguatan kembali nilai-nilai marwah adat di tengah masyarakat.


Ia juga berharap ketegangan yang sempat muncul dapat reda, dan hubungan antarkelompok tetap terjaga dalam bingkai persaudaraan.


Dalam sidang adat tersebut, Fuad juga diberikan penyematan simbol kehormatan Kagaua Souraja oleh Majelis Adat, sebagai bagian dari prosesi penerimaan kembali secara adat.


Usai mengikuti prosesi, Fuad menyampaikan permohonan maaf secara terbuka kepada masyarakat Sulawesi Tengah, khususnya keluarga besar Alkhairaat. 


Ia mengaku telah menunaikan seluruh kewajiban adatnya.


“Tujuan saya datang ke Palu ini untuk memohon maaf dan memenuhi hukuman adat yang telah diberikan kepada saya. Alhamdulillah, hukuman ini sudah saya laksanakan,” ujar Fuad.


Lebih lanjut, Fuad berharap penyelesaian secara adat ini juga berdampak pada proses hukum yang sedang berjalan.


“Harapan saya setelah melakukan hukum adat ini, masalah ini selesai, tuntas, termasuk hukum secara nasional. Saya juga berharap para pihak yang telah melaporkan saya ke Polda Sulteng bisa menarik laporannya,” imbuhnya.


Sidang ini merupakan kelanjutan dari keputusan Majelis Adat pada 10 April 2025 lalu, yang menilai Fuad melanggar nilai-nilai kesantunan adat melalui pernyataannya di media sosial. 


Prosesi hari ini dimaksudkan sebagai bentuk pertanggungjawaban secara adat, sekaligus upaya menjaga warisan budaya dan harmoni sosial masyarakat suku Kaili. (Rul)




Write a Facebook Comment

Tuliskan Komentar anda dari account Facebook

View all comments

Write a comment