- TVRI Resmi Kantongi Hak Siar Piala Dunia 2026: Dari Fase Grup hingga Final, Seluruh Laga Tayang Grat
- Kapolres Donggala Tekankan Pendekatan Persuasif dalam Konflik Agraria Riopakava
- Komdigi Wacanakan Aturan Baru: Beli Hp Bekas Bakal Mirip Motor, Harus Balik Nama
- Polda Sulteng Perpanjang Operasi Madago Raya Tahap IV, 256 Personel Diterjunkan
- SK Resmi Diserahkan, Nilam Sari Lawira Kembali Jadi Nahkoda DPW NasDem Sulteng
- 2 Oktober Diperingati Hari Batik Nasional, Saatnya Bangga dengan Motif Nusantara
- Batas 60 Hari Habis, 15 IUP Tambang di Sulteng Bisa Dicabut
- Warga Geger Temuan Mayat di Bantaran Sungai Palu
- Pemerintah Pastikan Harga Tiket Pesawat, Kereta, dan Kapal Lebih Murah Saat Libur Nataru
- Tambang Ilegal Jadi Sorotan Wabup Parigi Moutong di Tengah Merebaknya Kasus Malaria
Akses Jalan Bertahun-tahun Rusak, Warga Uematopa Touna Keluhkan Dampak ke Ekonomi hingga Listrik

Keterangan Gambar : Warga Kondisi jalan rusak parah di Desa Uematopa menyebabkan warga kesulitan melintas. (Foto: IST)
Likeindonesia.com, TOJO UNA-UNA – Warga Desa Uematopa, Kecamatan Ulubongka, Kabupaten Tojo Una-Una, Sulawesi Tengah, kembali keluhkan kondisi jalan utama sepanjang 32 kilometer dari Desa Bulan Jaya menuju Uematopa yang rusak parah.
Jalan vital ini menjadi satu-satunya akses keluar-masuk desa menuju Ampana Kota, namun sudah bertahun-tahun tak kunjung diperbaiki.
Baca Lainnya :
- Gempa 4,8 SR Guncang Parigi Moutong, Terasa Hingga Palu dan Poso
- Kebakaran Hanguskan Tiga Petak Rumah Warga di Jalan Samratulangi Palu
- Kanwil Ditjenpas Sulteng Dorong Kemandirian Klien Pemasyarakatan Lewat Pelatihan UMKM
- DPRD Sulteng Turun Temui Ribuan Massa Aksi, Tuntutan Rakyat Janji Dibawa ke Pusat
- Gubernur Sulteng Temui Massa Aksi, Janji Tindaklanjuti Aspirasi
Hikmah, seorang tenaga pendidik di desa tersebut, mengatakan kondisi ini membuat masyarakat seperti terisolasi.
“Kalau musim hujan, jalan menuju desa ini berubah jadi kubangan lumpur. Motor dan mobil sering terjebak, bahkan ada yang harus didorong beramai-ramai supaya bisa lewat. Motor dan mobil biasa tidak bisa masuk ke Uematopa harus menggunakan kendaraan khusus. Orang dinas saja sering kesulitan kalau mau ke sini,” katanya saat dikonfirmasi melalui pesan singkat DM Instagram Rabu (3/9/2025).
Ia menuturkan, persoalan jalan ini berdampak besar pada kesehatan warga.
“Yang paling kami khawatirkan kalau ada warga sakit atau ibu melahirkan. Membawa mereka ke rumah sakit lewat jalan seprti itu sungguh berisiko," kata Hikmah.
Sebagai guru, Hikmah juga merasakan langsung bagaimana sulitnya ketika ada urusan di dinas kemudian melewati jalan dengan kondisi berlumpur.
"Tentunya saya dan guru lain apabila ada urusan di dinas pusat harus perlu usaha ekstra ketika kondisi hujan dan menyebabkan becek. Sulit untuk dilewati," katanya.
Selain pendidikan dan kesehatan, harga kebutuhan pokok di Wematopa jauh lebih mahal.
“Harga beras, minyak, dan kebutuhan lain di sini bisa dua sampai tiga kali lipat dibanding di kota. Untuk ongkos ojek saja bisa sampai Rp300 ribu sekali jalan. Itu sangat memberatkan warga,” keluhnya.
Masalah listrik pun menjadi persoalan serius. Desa Wematopa hanya mengandalkan pembangkit listrik tenaga air (PLTA) yang kerap rusak.
“Di desa ini kami hanya mengandalkan pembangkit listrik tenaga air. Kalau mesin rusak, listrik bisa padam sampai dua minggu bahkan lebih. Perbaikannya lama karena harus beli suku cadang mahal dan jalannya sulit dilalui. Jadi kami hanya bisa pasrah,” jelas Hikmah.
Ia menegaskan, masyarakat Uematopa sudah terlalu lama menunggu perhatian pemerintah.
“Kami sudah terlalu lama menunggu janji perbaikan. Warga hanya ingin jalan ini diperhatikan supaya mobilitas tidak lagi sesulit sekarang. Jalan ini adalah urat nadi kehidupan desa. Kalau pemerintah serius memperbaikinya, otomatis kesehatan, pendidikan, ekonomi, bahkan listrik masyarakat juga akan membaik,” tegasnya.
Hikmah menambahkan, pemerintah sebaiknya turun langsung melihat kondisi jalan tersebut.
“Coba pemerintah kabupaten, Provinsi mapun dinas terkait jalan-jalan saja kemari supaya tahu bagaimana jalan di sini. Jangan hanya dengar laporan, tapi lihat dan rasakan sendiri apa yang terjadi pada masyarakat,” pungkasnya. (Bim)
