- Sulteng Bidik Tuan Rumah PON 2032, KONI Bentuk Tim Kerja Khusus
- Sulawesi Tengah Catat Kenaikan UMP 2026 Paling Tinggi di Indonesia
- KONI Sulteng dan KONI Morowali Pastikan Kesiapan Porprov 2026, Bakal Digelar dengan 27 Cabor
- PMII Sulteng Serukan Tanda Bahaya Alam dan Kerusakan Kian Meningkat
- 241 Warga Binaan di Sulteng Terima Remisi Natal, Satu Orang Langsung Bebas
- Natal 2025, Wali Kota Palu Tinjau Sejumlah Gereja dan Imbau Warga Jaga Ketertiban Jelang Tahun Baru
- Aksi Tolak Survei Seismik di Touna Ricuh, GMNI Soroti Sikap Pemda
- Kapolri Tak Izinkan Warga Nyalakan Kembang Api di Malam Tahun Baru, Diimbau Ganti Jadi Doa Bersama
- Sulteng Jadi Satu-satunya Provinsi di Sulawesi yang Alami Penurunan Kasus Tawuran
- BEMNUS Sulteng Tuntut Sanksi Tegas untuk Perusahaan Tambang di Banggai, Diduga Rusak Lingkungan
Puskesmas Birobuli Catat 260 Kasus HIV, 48 di Antaranya Pasien Baru Tahun Ini

Keterangan Gambar : Puskesmas Birobuli, Jalan Abd. Rahman Saleh, Palu Selatan, Kota Palu. (Foto: Syahrul/Likeindonesia.com)
Likeindonesia.com, Palu – Kasus HIV di Kota Palu terus menjadi perhatian.
Hingga September 2024, tercatat sebanyak 260 pasien terdaftar menjalani pengobatan di Klinik HIV Puskesmas Birobuli.
Baca Lainnya :
- Pemadaman Bergilir di Palu, PLN Sebut Sistem Proteksi Aktif Akibat Sambaran Petir
- Lanal Palu Dorong Peningkatan Hasil Tangkap Nelayan Talise Lewat Bantuan Rumah Rumpon
- Bangunan di Belakang Polsek Palu Barat Terbakar, Diduga Akibat Korsleting Listrik
- SDN Lasoani Gelar Simulasi Bencana, Latih Siswa Tanggap Gempa dan Kebakaran
- Ramai Soal Penghentian Bus Transpalu, Dishub Ungkap Alasan dan Target Pengoperasian Kembali
Namun angka itu bukan mencerminkan jumlah kasus di wilayah kerja puskesmas tersebut semata, melainkan data akumulatif pasien dari berbagai daerah di Sulawesi Tengah.
Dokter penanggung jawab Klinik HIV Puskesmas Birobuli, dr. Rossalin Lago, menjelaskan bahwa layanan yang mereka kelola bersifat rujukan dan dapat diakses oleh siapa pun, tanpa batas wilayah.
“Sebenarnya angka 260 itu angka akumulatif, sejak kami memulai buka layanan sampai bulan September 2024, dan angka itu tidak menggambarkan wilayah kerja Puskesmas Birobuli,” ujar Rossalin diwawancarai media ini, Rabu (22/10) sore.
Ia menambahkan, pasien yang berobat tersebar dari berbagai daerah, termasuk dari luar Kota Palu.
Menurutnya, layanan pengobatan HIV di Birobuli mencakup pasien asal Kabupaten Sigi, Donggala, dan Parigi Moutong.
“Karena layanan kami merupakan salah satu layanan rujukan untuk pemeriksaan dan pengobatan HIV, sehingga pasien dari mana saja bisa mendapatkan akses,” jelasnya.
Di Kota Palu, seluruh puskesmas dapat melakukan pemeriksaan HIV. Namun, hanya empat puskesmas yang melanjutkan hingga tahap pengobatan, yakni Puskesmas Birobuli, Talise, Singgani, dan Kamonji.
Rossalin menjelaskan, sepanjang Januari hingga September 2025, tercatat 48 pasien baru yang memulai pengobatan di Puskesmas Birobuli.
Sebagian besar pasien adalah laki-laki dengan faktor risiko utama dari kalangan lelaki seks lelaki (LSL) dan pekerja seks komersial (PSK).
“Kalau dilihat dari data kami, pasien paling banyak adalah laki-laki. Faktor risikonya dari lelaki seks lelaki dan pekerja seks komersial. Untuk layanan anak ada satu orang pasien, sisanya usia dewasa,” terangnya.
Meski layanan kini semakin terbuka, jumlah warga yang memeriksakan diri masih terbilang sedikit.
Rossalin menilai, stigma negatif terhadap HIV masih menjadi salah satu penghambat utama masyarakat untuk melakukan pemeriksaan.
“Walaupun kami membuka akses layanan selebar-lebarnya, tetapi orang yang datang untuk memeriksakan dirinya itu masih sedikit, karena masih takut dengan adanya stigma negatif terkait HIV,” ujarnya.
Menurut Rossalin, pemeriksaan dini sangat penting untuk memutus rantai penularan.
Ia menegaskan, semakin cepat seseorang mengetahui status kesehatannya, semakin cepat pula penanganan dapat dilakukan.
Rossalin juga menekankan bahwa HIV bukan penyakit yang mudah menular, dan dengan pengobatan yang tepat, pasien masih bisa menjalani kehidupan normal.
“Sebenarnya kalau mau dibilang HIV itu penyakit yang menakutkan mungkin karena belum ada obatnya, tapi HIV itu tidak mudah menular dan tidak semenakutkan itu. Masih bisa kita tangani dengan pengobatan dan kontrol dengan dokter,” jelasnya.
Ia menambahkan, pasien yang patuh menjalani terapi dapat mencapai kondisi di mana virus tidak lagi terdeteksi.
“Suatu saat ada masanya virusnya undetected, itu pasien akan tidak mampu lagi menularkan ke pasangan seksual,” kata Rossalin.
Puskesmas Birobuli membuka layanan pemeriksaan dan pengobatan HIV secara gratis. Rossalin mengimbau masyarakat yang merasa memiliki perilaku seksual berisiko untuk tidak ragu memeriksakan diri.
“Kalau merasa melakukan perilaku seksual yang berisiko, boleh mengakses layanannya gratis,” imbaunya.
Menurutnya, faktor risiko tertinggi masih berasal dari perilaku seksual yang tidak aman.
“Faktor risiko kami kelompokkan: sering bergonta-ganti pasangan, melakukan hubungan seksual tanpa pengaman, dan sering melakukan anal seks,” tambahnya. (Rul/Nl)





.jpg)




.jpg)