- Sulteng Bidik Tuan Rumah PON 2032, KONI Bentuk Tim Kerja Khusus
- Sulawesi Tengah Catat Kenaikan UMP 2026 Paling Tinggi di Indonesia
- KONI Sulteng dan KONI Morowali Pastikan Kesiapan Porprov 2026, Bakal Digelar dengan 27 Cabor
- PMII Sulteng Serukan Tanda Bahaya Alam dan Kerusakan Kian Meningkat
- 241 Warga Binaan di Sulteng Terima Remisi Natal, Satu Orang Langsung Bebas
- Natal 2025, Wali Kota Palu Tinjau Sejumlah Gereja dan Imbau Warga Jaga Ketertiban Jelang Tahun Baru
- Aksi Tolak Survei Seismik di Touna Ricuh, GMNI Soroti Sikap Pemda
- Kapolri Tak Izinkan Warga Nyalakan Kembang Api di Malam Tahun Baru, Diimbau Ganti Jadi Doa Bersama
- Sulteng Jadi Satu-satunya Provinsi di Sulawesi yang Alami Penurunan Kasus Tawuran
- BEMNUS Sulteng Tuntut Sanksi Tegas untuk Perusahaan Tambang di Banggai, Diduga Rusak Lingkungan
Dulu, Masyarakat Lembah Palu Rela Menukar Seekor Sapi Demi Beli Kain Kulit Kayu di Kulawi

Keterangan Gambar : Kain kulit kayu khas Kulawi, Sulawesi Tengah. (Foto: Kemenparekraf)
Pada tahun 1940-an, kain kulit kayu bukan hanya sekadar pakaian, tetapi menjadi barang yang sangat berharga bagi masyarakat di Lembah Palu dan sekitarnya.
Kelangkaan bahan tekstil, terutama selama masa pendudukan Jepang, memaksa mereka mencari alternatif lain, hingga rela menukar seekor sapi demi mendapatkan selembar kain kulit kayu dari Kulawi.
Baca Lainnya :
Kain kulit kayu, yang dikenal dengan nama kumpe atau nunu, menjadi bagian penting dalam kehidupan masyarakat Kulawi dan Pandere di Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah.
Kain kulit kayu awalnya digunakan sebagai pakaian sehari-hari maupun untuk keperluan adat. Pembuatannya dilakukan secara mandiri oleh masyarakat, khususnya para ibu-ibu di Desa Kantewu dan sekitarnya.
Menurut para tetua adat, kain kulit kayu awalnya hanya diproduksi untuk kebutuhan lokal. Namun, Desa Kantewu kemudian menjadi pusat produksi kain kulit kayu, yang tak hanya memenuhi kebutuhan masyarakat setempat, tetapi juga menarik perhatian penduduk luar Kulawi, khususnya dari Lembah Palu.
Dalam buku "Kumpe: Kain Kulit Kayu dalam Kehidupan Masyarakat Sulawesi Tengah", disebutkan bahwa pada masa sulit itu, masyarakat Lembah Palu terpaksa menggunakan karung goni sebagai pengganti pakaian. Dalam keadaan mendesak, mereka mendatangi Kulawi, terutama Desa Kantewu, untuk menukar barang berharga seperti seekor sapi dengan kain kulit kayu.





.jpg)




.jpg)