- Heboh Pajak PBB di Palu Ada yang Naik Sampai 1000 Persen, Begini Penjelasan Pemkot
- Residivis Spesialis Bongkar di Tondo Dibekuk Lagi, Polisi Sita PS2 hingga Ban Motor
- Program Pandu Laut Nusantara Sasar Teluk Palu, 7 Perahu Disalurkan ke Nelayan
- Pajak 10% dan Penyegelan Usaha Disorot di RDP DPRD Palu, ASPEK dan Pemkot Capai Kesepakatan Awal
- BNNP Sulteng Musnahkan Narkotika Senilai Rp4,2 Miliar, 37 Tersangka Diamankan
- Soroti Naiknya Beban Hidup Warga Miskin di Sulteng, LMND Desak Langkah Konkret Pemerintah
- Viral! Surat Pengunduran Diri Bupati Pati Dibacakan di Tengah Demo, Ternyata Bukan Resmi?
- Detik-Detik Banjir Bandang Menerjang Desa Namo, Warga Panik Selamatkan Diri
- Semarak HUT ke-80 RI, Kemenag Kota Palu Gelar Jalan Santai
- DPRD Palu Luruskan Persepsi Tentang Penyegelan Usaha: Langkah Tersebut Adalah Tindakan Terakhir
Inisiatif Literasi dari UMKM: Bilik Diksi, Lapak Buku Independen Bernuansa Estetik di Kota Palu

Keterangan Gambar : Bilik Diksi berlokasi Jl Puebongo, Kelurahan Boyaoge, Kecamatan Tatanga, Kota Palu. (Foto: Syahrul/Likeindonesia.com)
Likeindonesia.com, Palu — Di tengah minimnya ruang literasi di Sulawesi Tengah, dua wanita muda asal Kota Palu, Fathia Munawwarah dan Anggi Meydina, menghadirkan sebuah inisiatif berbeda.
Bilik Diksi, toko buku independen yang tak hanya menjual buku, tapi juga menjadi ruang baca dan tempat berkumpul bagi masyarakat, khususnya generasi muda.
Baca Lainnya :
- Pedagang Bendera Musiman Mulai Ramaikan Jalanan Palu Jelang HUT RI ke-80
- Tali Bendera Putus, Tim Damkar Palu Panjat Tiang Demi Lanjutkan Latihan Paskibra
- Bendera Pataka Diserahkan, Sulteng Pegang Amanah Tuan Rumah FORNAS IX
- 23.768 Pengajuan Berani SEHAT, Wagub: Jangan Ada Lagi Orang Tak Bisa Berobat Karena Tak Punya Uang
- Menkes Ingatkan: Jantung Bukan Penyakit Mendadak, Cek Kesehatan Gratis Harus Dimanfaatkan
Lokasinya di Jl Puebongo, Kelurahan Boyaoge, Kecamatan Tatanga, Kota Palu.
Berdiri sejak September 2024, Bilik Diksi menjadi ruang alternatif yang menggabungkan toko buku, perpustakaan mini, dan kafe dengan nuansa estetik yang menarik minat pembaca muda.
Buku-buku yang dijajakan pun bukan dari penerbit besar seperti pada umumnya, melainkan berasal dari penerbit independen dan lokal, termasuk karya penulis asal Sulawesi Tengah.
“Bilik Diksi sendiri adalah toko buku independen di Kota Palu, yang di mana buku-buku yang kami datangkan kami kurasi secara baik, dan juga rata-rata buku-buku yang ada di sini itu dari penerbit indi,” ujar Fathia Munawwarah, salah satu pendiri, saat ditemui Minggu (3/8) sore.
Bilik ini hadir sebagai respon atas rendahnya indeks literasi di daerah, yang menurut sejumlah data berada di tiga terbawah secara nasional.
Fathia dan timnya berharap keberadaan toko ini bisa mendorong kebiasaan membaca di kalangan masyarakat Palu.
“Kami ingin menjadi salah satu tempat yang bisa memberikan kontribusi untuk meningkatkan literasi di Sulawesi Tengah, khususnya Kota Palu,” imbuhnya.
Tak sekadar tempat jual beli, pengunjung bisa membaca di tempat sambil menikmati kopi atau camilan ringan.
Harga buku berkisar antara Rp55 ribu hingga Rp190 ribu. Tersedia pula ruang nyaman yang terbuka sejak sore hingga malam hari, memberi ruang alternatif bagi mereka yang tak sempat mengakses perpustakaan umum di siang hari.
Yahya Tama, salah satu pengunjung, mengungkapkan kepuasannya atas konsep toko buku yang juga berfungsi sebagai ruang santai dan diskusi.
"Saya sangat senang bisa menemukan sebuah toko buku yang gabung juga dengan kafe, jadi sambil baca sambil ngopi, kemudian bisa sambil santai-santai di sini," tuturnya.
Senada dengan itu, Fitriani Dewi, pengunjung lainnya, menyebut suasana toko yang tenang dan estetik membuatnya cocok sebagai tempat membaca dan bersosialisasi.
"Menurutku tempatnya bagus, nyaman untuk kita membaca, apalagi buat kita yang butuh tempat-tempat sejuk atau yang sepi... cocoklah untuk kita Gen Z," ujarnya.
Bilik Diksi tak hanya menjual buku, tetapi juga membuka ruang literasi yang lebih luas—menyediakan wadah bagi penulis lokal dan menghidupkan kebiasaan membaca di kalangan anak muda.
Di balik estetikanya, tersimpan semangat perlawanan terhadap minimnya akses literasi di daerah.
Sebuah kontribusi kecil, namun bermakna, dari pelaku UMKM yang menjadikan buku sebagai jalan perubahan. (Rul)
