- TVRI Resmi Kantongi Hak Siar Piala Dunia 2026: Dari Fase Grup hingga Final, Seluruh Laga Tayang Grat
- Kapolres Donggala Tekankan Pendekatan Persuasif dalam Konflik Agraria Riopakava
- Komdigi Wacanakan Aturan Baru: Beli Hp Bekas Bakal Mirip Motor, Harus Balik Nama
- Polda Sulteng Perpanjang Operasi Madago Raya Tahap IV, 256 Personel Diterjunkan
- SK Resmi Diserahkan, Nilam Sari Lawira Kembali Jadi Nahkoda DPW NasDem Sulteng
- 2 Oktober Diperingati Hari Batik Nasional, Saatnya Bangga dengan Motif Nusantara
- Batas 60 Hari Habis, 15 IUP Tambang di Sulteng Bisa Dicabut
- Warga Geger Temuan Mayat di Bantaran Sungai Palu
- Pemerintah Pastikan Harga Tiket Pesawat, Kereta, dan Kapal Lebih Murah Saat Libur Nataru
- Tambang Ilegal Jadi Sorotan Wabup Parigi Moutong di Tengah Merebaknya Kasus Malaria
Bahasa Daerah di Sulteng Terancam Punah, Balai Bahasa Perkuat Pengawasan Bahasa
.jpg)
Keterangan Gambar : Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Hafiz Muksin. (Foto: Syahrul/Likeindonesia.com)
Likeindonesia.com, Palu – Fenomena penggunaan bahasa Indonesia yang bercampur istilah asing kian marak di ruang publik Sulawesi Tengah.
Dari papan nama, slogan, hingga penyampaian pejabat, kata-kata asing lebih sering dipilih meski sudah ada padanannya dalam bahasa Indonesia.
Baca Lainnya :
- Kebakaran Hanguskan Lima Petak Kos di Jalan Banteng II Palu, Diduga Korsleting Listrik
- Besaran Upah Buruh Tani di Sulteng, Ada yang Lebih Tinggi dari UMP
- SMPN 19 Palu dan SD Putra Kaili Permata Bangsa Resmi Jadi Sekolah Percontohan Trigatra Bangun Bahasa
- Petugas Rutan Poso Gagalkan Penyelundupan Handphone oleh Tahanan
- Harga Lebih Murah, Warga Padati Pasar Tani Kota Palu
Kepala Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Hafiz Muksin, menyebut kondisi ini menjadi tantangan serius bagi kedaulatan bahasa nasional.
“Penggunaan istilah-istilah asing sering kita jumpai dalam tataran penulisan di ranah publik, bahkan digunakan oleh pejabat publik,” ujarnya saat menghadiri Konsolidasi Daerah Pengawasan Bahasa Indonesia di Palu, Kamis (25/9/2025).
Di sisi lain, bahasa daerah di Sulawesi Tengah juga menghadapi ancaman kepunahan.
Sejumlah bahasa lokal seperti di Morowali Utara serta Tolitoli dan di Poso kini hanya dituturkan oleh sedikit orang.
Hafiz menegaskan, generasi muda makin jarang menggunakan bahasa ibu, sehingga keberadaan muatan lokal di sekolah sangat penting.
Ia menambahkan, “Anak-anak kita sudah mulai tidak mengenal bahasa daerah, sehingga upaya sekolah dengan kurikulum muatan lokal dan program revitalisasi bahasa daerah menjadi wujud nyata yang kita lakukan.”
Sebagai langkah menjaga keberlangsungan bahasa, pemerintah provinsi bersama Balai Bahasa membentuk tim pengawasan penggunaan bahasa Indonesia di lingkungan pemerintah, pendidikan, dan swasta.
Tim ini akan bekerja dalam empat tahap, mulai dari sosialisasi hingga evaluasi.
Hafiz menjelaskan bahwa hasil evaluasi nantinya akan diwujudkan dalam penghargaan.
“Pada akhirnya kita akan melakukan evaluasi melalui Piala Adi Bahasa, jadi akan dipilih gubernur atau provinsi, bupati, wali kota yang memiliki komitmen tinggi terhadap pengutamaan bahasa Indonesia,” katanya.
Gubernur Sulawesi Tengah, Anwar Hafid, menegaskan dukungan terhadap upaya tersebut.
Ia mengatakan pemerintah provinsi akan mengeluarkan edaran kepada bupati, wali kota, satuan pendidikan, dan masyarakat agar menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.
“Bahasa itu salah, bisa menimbulkan hal yang berbahaya. Karena itu, kita juga harus menjaga kelestarian bahasa Indonesia yang sekarang ini banyak sekali campuran-campurannya,” ungkap Anwar.
Dengan 718 bahasa daerah di Indonesia, 120 di antaranya sudah masuk kategori terancam punah.
Sulawesi Tengah menjadi salah satu provinsi yang rentan kehilangan bahasa daerahnya jika tidak segera dilakukan upaya pelestarian. (Rul/Nl)
